stres merupakan suatu kondisi yang dialami oleh makhluk hidup yang ada di muka bumi. stres tidak hanya dialami oleh manusia tapi juga dapat dialami oleh hewan dan juga tanaman. berbagai macam faktor yang dapat menyebabkan tanaman mengalami stres, stres pada tanaman juga bisa disebut cekaman. cekaman yang dialami oleh tanaman bisa disebabkan oleh faktor eksternal dan internal. cekaman tersebut dapat mempengaruhi kelangsungan hidup dari tanaman tersebut. seperti layaknya manusia yang ketika stres akan merasa terpuruk, tanaman juga akan berada dalam kondisi yang tidak baik. tanaman yang bisa melewati dan bertahan dalam keadaan tercekam dia akan dapat hidup dengan baik tetapi ketika dia tidak kuat maka dia akan mati.
BRown
hidup untuk mati
Jumat, 05 Maret 2021
stres
Sabtu, 18 Mei 2013
cekaman / stress pada tanaman
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan tanaman tidaklah selalu dalam keadaan
normal dan sesuai dengan apa yang diinginkan. Dalam pertumbuhannya tanaman akan
mengalami banyak hal seperti perubahan fisiologis maupun perubahan metabolisnya
ataupun yang lainnya. Sebagai makhluk hidup tanaman tidak ada bedanya dengan
manusia taupun hewan, dia akan selalu tanggap dengan apa yang ada disekitarnya.
Respon tanaman terhadapa segala yang ada disekitarnya sangat tinggi melebihi
dengan respon yang manusia berikan.
Respon yang dimaksud disini contohnya seperti
apabila tanaman itu tumbuh ditempat yang
kering/kekurangan air, kekurangan unsur hara, terdapat di tanah yang mengandung
garam tinggi. Tanaman membutuhkan adapatasi dalam lingkungan yang seperti itu
karena tidak semua tempat mereka bisa hidup. Semuanya itu tergantung pada jenis
tanamannya dimana setiap tanaman memiliki kesesuaian tempat yang mendukung
pertumbuhannya dan setiap tanaman memiliki ketahanan terhadap kondisi – kondisi
lingkungan yang tidak bersahabat seperti diatas sesuai ketahanan masing –
masing jenis tanamannya.
Stres lingkungan yang di alami oleh tanaman akan
mengakibatkan tanaman untuk memperlihatkan perubahan – perubahan pada proses
pertumbuhannya. Mulai dari perubahan fisiologis sampai pada perubahan –
perubahan metaboli. Perubahan tersebut bisa terlihat dengan tanaman tumbuh
kerdil, menguning dan bahkan dia lama – kelamaan akan mati. Keadaan stres ini
akan mengakibatkan tanaman sangat tersiksa.
Beberapa stres yang sering terjadi bermacam – macam
pada tanaman yang disebabkan oleh lingkungan yaitu:
1. Stress Garam
Stres garam ini terjadi pada tanaman yang lingkungan
tumbuhnnya banyak mengandung garam, seperti pada daerah pantai, rawa. Keadaan
ini sangat berbahaya bagi tanaman karena akan menghambat terjadinya pembesaran
dan pembelahan sel, penambahan biomassa tanaman dan produksi protein. Apabila
keadaan ini terus menerus terjadi pada tanaman maka tanaman tersebut lama –
kelamaan akan mati.
2. Stress Air
Stres air dapat terjadi apabila daerah tempat tumbuh
tanaman ini mengalami kekeringan atau kurang air, dengan terjadinya hal itu
dapat mengakibatkan tanaman kekurang air untuk pertumbuhannya.
Tanaman
akan melakukan respon yang berbeda dalam menghadapi cekaman – cekaman yang
terjadi di daerah pertumbuhannya. Tak semua tanaman memiliki ketahanan yang
cukup untuk bertahan hidup lebih lama di daerah cekaman tersebut. Ada kalanya
tanaman yang hidup di daerah salinitasnya tinggi dapat bertahan sampai lama dan
ada pula yang akan mati bila terlalu lama. Terdapat 2 cara ketahanan tanaman
dalam menghadapi cekaman, yaitu: dengan mekanisme morfologi, pada mekanismme
ini tanaman akan merubah bentuk tubuhnya untuk beradaptasi pada lingkungan
tersebut seperti daun akan mengecil, batang memendek, jumlah stomatapun akan
lebih sedikit dan lain - lain. Cara yang kedua adalah dengan mekanisme
fisiologi yang mana tanaman akan menyesuaikan proses – proses fisiologi yang
dilakukan dengan keadaan lingkungannya, seperti dalam melakukan respirasi,
transport membrane dan lain – lain.
Praktikum
kali ini kita akan mempelajari bagaimana tanaman merespon adanya cekaman salin.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui ciri – ciri tanaman saat berada pada cekaman
salin. Dengan menggunakan berbagai tingkat cekaman salin akan dilihat perubahan
yang akan terjadi pada tanaman nantinya, mungkinkah tanaman tersebut akan terus
bertahan atau mungkin mengalami kematian.
1.2 Tujuan
Untuk mempelajari respon tanaman terhadap
berbagai tingkat cekaman.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Kadar garam yang terdapat pada tanah memberikan efek
yang hampir sama dengan cekaman kekeringan, dimana air menjadi kurang tersedia
bagi tanaman. Dalam keadaan seperti ini tidak semua tanaman merasakan cekaman
pada tanah bersalinitas tinggi, ada juga tanaman yang memiliki ketahanan untuk
tetap bertahan hidup di tempat tersebut. Salinitas merupakan suatu proses
menurunnya kualitas air baik dalam tanah maupun disumber air. Air yang seperti
ini akan sangat membahayakan bagi tanaman yang tidak memiliki ketahanan akan
kondisi seperti ini, karena apabila tetap dipaksakan tanamann tersebut akan
mengalami kematian (Salisbury dan
Ross, 2003).
Faktor lingkungan yang
sering dialami oleh tanaman adalah cekaman dimana faktor ini akan mengurangi
laju pada proses fisiologi. Dalam keadaan cekaman seperti ini tanaman memiliki
cara tersendiri untuk menghadapi efek yang akan merusak pada dirinya yang
ditimbulkan oleh cekaman. Setiap tanaman akan memberikan respon yang
berbeda-beda untuk menghadapi cekaman, semua tergantung pada jenis tanamannya.
Apabila tanaman mampu dalam menghadapi cekaman yang terjadi maka tanaman itu
bisa dikatakan sebagai tanaman yang memiliki tingkat resisten yang sangat
tinggi terhadap cekaman (Mulyani, 2006).
Produksi tanaman pangan saat in sangat memprihatinkan,
dimana tanah kedapannya padi dalam produksinya tidak akan pernah lepas dalam
menghadapi tantangan yang kompleks, dimana salah satunya adalah cekaman, mulai
dari cekaman unsur hara, iklim, gulma dan hama.
Tetapi cekaman yang terjadi di atas lebih besar pengaruh dari keadaan
lingkungan seperti cekaman garam yang diketahui bahwa tanaman banyak yang belum
toleran dengan cekaman garam. Cekaman garam banyak terjadi di lahan – lahan
seperti rawa, pinggir pantai dan lain – lain. Cekaman garam bagi sebagian besar
tanaman sangatlah menghawatirkan karena akan menghambat terjadinya pertumbuhan
(Utama et al, 2009).
Terjadinya kekeringan yang berkepanjangan pada tanaman
akan menyebabkan pertumbuhan tanaman dan akhirnya tanaman akan mengalami
stagnasi dalam artian lain akan berhenti tumbuh. Turunnya pertumbuhan tanaman
ini adalah akbibat dari respon tanaman terhadapa cekaman yang ada pada
lingkungannya yaitu cekaman kekeringan. Selain itu tanaman yang mengalami
cekaman kekeringan akan berkurang taraf biomassa tanamannya. Secara morfologi
terjadinya cekaman kekringan pada tanaman dapat dilihat dengan memperpanjangnya
akar tanaman sampai dalam dan menemukan air untuk diserap, meperkecilnya
permukaan daun sehingga respirasi berkurang, dan tanaman juga akan menggugurkan
daunnya dan masih banyak lainnya. Terjadinya cekaman kekeringan pada tanaman
dapat disebabkan oleh 2 faktor, yaitu: suplai air di perakaran sudah mulai
berkurang sehingga akar harus memperpang untuk mendapatkan suplai air tersebut,
dan terjadinya laju evaporasi yang lebih tinggi dari pada proses absorbsi air
tanah (Lapanjang et al, 2008).
Cekaman kekerigan
sangat mempengaruhi dalam pertumbuhan tanaman baik dalam hal perluasan dan
ketebalan daun, dan juga ketersediaan nutrisi dalam perakaran. Seperti
diketahui bahwa ketersediaan nutrisi ini sangat berpengaruh pada aktivitas
fisiologi termasuk fotosintesis, respirasi, transpirasi dan proses metabolisme
lainnya. Untuk mengamati pertumbuhan daun adalah dengan menghitung nilai specific
leaf area yang berhubungan dengan luasan daun per bobot kering. SLA ini
akan memberikan gambaran daun dalam menangkap cahaya dan CO2
terhadapa biomassa daun. Cekaman kekeringan ini akan mengakibatkan bobot kering
total menurun, rasio bobot kering daun dan juga luas daun menurun (Prihastanti
et al, 2011).
Tanaman melakukan adapatasi pada cekaman salinitas
dengan cara meekanisme morfologi dan fisiologi. Mekanisme yang paling mudah
diketahui adalah morfologi karena pada mekanisme ini yang terlihat perubahannya
adalah secara morfologi organ-organ tanaman yang meliputi akar, batang, daun
dan lain – lain. Sedangkan dalam mekanisme fisiologi berupa osmoregulasi,
kompartmentasi, dan sekresi garam berlebihan dan juga integritas memberan sel.
Secara umum cekaman salinitas ini memiliki dampak dalam terjadinya stres ionic,
stres osmotik, dan stres sekunder setelah paparan cekaman dimana stress –
stress di atas akan berpengaruh pada penyerapa unsur hara dan akibatnya pada
pertumbuhan tannaman (Santoso et al,
2012).
Bagian apoplast dan simplas akar merupakan bagian yang
sangat menentukan dalam ketahanan terhadap cekaman Al. Bagian ini sangat cepat
dalam merespon dibanding bagian lainnya apabila terjadi cekaman Al. Cekaman Al
akan mengakibatkan perakaran tanaman keracunan sehingga akan terlihat pendek
dan tidak memiliki perakaran lateral yang sehat. Akar merupakan daerah yang
paling dekat kontaknya dengan cekaman Al sehingga dengan mudah dia melakukan
respon saat terjadi cekaman Al. Dekatnya kar dengan cekaman Al menjadi suatu
sarana untuk mengidentifikasi apakahh tanaman terkena cekaman Al atau tidak
melalui akar tersebut (Hanum et al, 2009).
Salinitas merupakan
suatu keadaan sebuah tanah yang sedang terakumulasi oleg garam yang terlarut
dalam air. Salinitas terjadi karena kandungan garam dalam tanah tersebut
sangatlah berlebih. Keadaan tersebut membuat tanaman akhirnya susah ataupun
sulit dalam menyerap air. Salinitas yang terjadi di lahan pertanian merupakan
salinitas yang murni secara alamiah terjadi karena aktivitas atau pola pertanian
sebelumnya dalam mengolah tanah tidak begitu baik (Tim Biologi, 2004).
Tanaman dalam merespon suatu cekaman
kekringan bisa berupa dengan car perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia
dengan lam waktunya berbeda. Seperti menutupnya stomata, gejala penuaan daun,
pengurangan biomassa dan lain – lain. Respon yang paling sering dilakukan
adalah pada perkembangan selnya dimana sel – sel akan terhambat pembelahannya
dan perluasannya. Cekaman yang ditimbulkan karena kekringan akan mengakibatkan
tanaman untuk meresponnya secara meluas yang dimulai dari ekspresi gen,
metabolisme dan juga dalam pertumbuhannya (Darmawan dan
Baharsjah, 1998).
BAB 3. METODOLOGI
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum
mata kuliah fisiologi tumbuhan acara Pertumbuhan Tanaman pada Lingkungan Stres dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 16 Maret 2013 pada pukul 09.30 WIB sampai
selesai bertempat di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1. Larutan NaCl
2. Bibit tomat
3. Bibit tanaman padi
4. Bibit tanaman kedelai
3.2.2 Alat
1. Polybag plastic
2. Neraca
3. Gelas ukur
3.3 Cara Kerja
1. Menyediakan bibit tanaman jagung pada polybag plastik, sebanyak 3 pot
atau percobaan stress garam, dengan memberikan masing-masing satu pot untuk:
kondisi normal 0 ppm, kondisi kadar salin 3000 ppm dan kadar salin 5000 ppm.
2. Memelihara semua tanaman selama 21 hari melalui pemberian air satiap
terjadi perubahan nilai kapasitas lapang.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1
Hasil
Data
tinggi tanaman kedelai
PERLAKUAN
|
UL
|
PENGAMATAN TINGGI TANAMAN HARI KE -
|
||||||||
3
|
6
|
9
|
12
|
15
|
18
|
21
|
24
|
27
|
||
KONTROL
|
1
|
-
|
23,5
|
25,7
|
28,7
|
32
|
46,3
|
51,5
|
70,3
|
66,3
|
2
|
-
|
20
|
22
|
25,2
|
27,3
|
29,5
|
32
|
33,2
|
34
|
|
3
|
-
|
15,1
|
17
|
18,8
|
19,47
|
23
|
-
|
26,8
|
31,3
|
|
4
|
-
|
16,2
|
18,3
|
21,3
|
21,17
|
25
|
28,8
|
30,3
|
23
|
|
Nacl
1,5 gram/liter
|
1
|
-
|
19,5
|
23,3
|
28,2
|
37
|
41,8
|
45,2
|
66,8
|
43,7
|
2
|
-
|
17,3
|
19,7
|
22,2
|
24,5
|
27,7
|
31,7
|
31,3
|
32,3
|
|
3
|
-
|
13
|
16
|
18,7
|
16,97
|
20,3
|
-
|
22
|
23,3
|
|
4
|
-
|
7
|
8,5
|
10,4
|
10,5
|
14
|
15,25
|
17
|
8,5
|
|
Nacl
3 gram/liter
|
1
|
-
|
20
|
23,5
|
26,7
|
28
|
38
|
47,8
|
52,3
|
45,3
|
2
|
-
|
22
|
23
|
26,3
|
28,9
|
32,5
|
33
|
34,2
|
38
|
|
3
|
-
|
14
|
17
|
17,7
|
17,03
|
19,7
|
-
|
20,7
|
22,7
|
|
4
|
-
|
13
|
14
|
13,5
|
12,8
|
13
|
13,5
|
14
|
5,1
|
Data jumlah daun
PERLAKUAN
|
UL
|
PENGAMATAN JUMLAH DAUN HARI KE -
|
||||||||
3
|
6
|
9
|
12
|
15
|
18
|
21
|
24
|
27
|
||
KONTROL
|
1
|
-
|
10,5
|
13
|
16
|
16,6
|
17,7
|
-
|
20,3
|
24
|
2
|
-
|
10,5
|
14
|
13
|
13,3
|
15,3
|
18
|
18,7
|
17
|
|
3
|
-
|
8,5
|
12
|
11,7
|
13
|
12,7
|
13
|
14
|
14
|
|
4
|
-
|
10
|
9,5
|
13
|
14
|
13,7
|
17,6
|
16,3
|
12,3
|
|
Nacl
1,5 gram/liter
|
1
|
-
|
10
|
13
|
15
|
14,3
|
16
|
-
|
19,7
|
20,3
|
2
|
-
|
10
|
14
|
12
|
12
|
12
|
13,7
|
14,7
|
19
|
|
3
|
-
|
7,5
|
7,5
|
8
|
9,3
|
8,3
|
9
|
10
|
8,7
|
|
4
|
-
|
5,5
|
5
|
6
|
6,5
|
8,5
|
9
|
11
|
7
|
|
Nacl
3 gram/liter
|
1
|
-
|
11
|
14
|
14
|
15,6
|
15
|
-
|
17
|
16,3
|
2
|
-
|
10
|
13
|
14
|
13
|
14,7
|
16,7
|
15,7
|
17
|
|
3
|
-
|
8
|
9,5
|
10,3
|
8,7
|
9
|
10
|
5,7
|
3,7
|
|
4
|
-
|
4
|
3,5
|
3,5
|
5
|
7
|
8
|
10
|
7
|
Data daun sehat dan
kering
Perlakuan
|
UL
|
Pengamatan
Jumlah Daun Segar Tanaman Hari Ke-
|
||||||||
3
|
6
|
9
|
12
|
15
|
18
|
21
|
24
|
27
|
||
Kontrol
|
1
|
-
|
31
|
39
|
45
|
49
|
51
|
56
|
55
|
66
|
2
|
-
|
31
|
42
|
39
|
40
|
45
|
51
|
51
|
46
|
|
3
|
-
|
26
|
36
|
35
|
39
|
36
|
70
|
37
|
36
|
|
4
|
-
|
30
|
29
|
39
|
42
|
41
|
52
|
46
|
34
|
|
NaCl
1,5 g/L
|
1
|
-
|
30
|
39
|
45
|
46
|
44
|
58
|
50
|
50
|
2
|
-
|
30
|
42
|
36
|
35
|
33
|
36
|
35
|
45
|
|
3
|
-
|
23
|
23
|
24
|
24
|
24
|
66
|
24
|
16
|
|
4
|
-
|
17
|
15
|
18
|
20
|
24
|
21
|
27
|
12
|
|
NaCl
3 g/L
|
1
|
-
|
33
|
42
|
42
|
45
|
40
|
39
|
40
|
37
|
2
|
-
|
30
|
39
|
42
|
36
|
38
|
40
|
37
|
46
|
|
3
|
-
|
24
|
29
|
31
|
24
|
23
|
54
|
5
|
0
|
|
4
|
-
|
12
|
11
|
11
|
14
|
18
|
21
|
21
|
8
|
Perlakuan
|
UL
|
Pengamatan
Jumlah Daun Kering Tanaman Hari Ke-
|
||||||||
3
|
6
|
9
|
12
|
15
|
18
|
21
|
24
|
27
|
||
Kontrol
|
1
|
-
|
0
|
0
|
0
|
1
|
2
|
4
|
6
|
6
|
2
|
-
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
3
|
5
|
5
|
|
3
|
-
|
0
|
0
|
0
|
0
|
2
|
2
|
5
|
6
|
|
4
|
-
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
3
|
3
|
|
NaCl
1,5 g/L
|
1
|
-
|
0
|
0
|
0
|
2
|
4
|
6
|
9
|
11
|
2
|
-
|
0
|
0
|
0
|
1
|
3
|
5
|
9
|
12
|
|
3
|
-
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
3
|
6
|
10
|
|
4
|
-
|
0
|
0
|
0
|
0
|
2
|
5
|
6
|
9
|
|
NaCl
3 g/L
|
1
|
-
|
0
|
0
|
0
|
2
|
5
|
9
|
11
|
12
|
2
|
-
|
0
|
0
|
0
|
3
|
6
|
10
|
12
|
15
|
|
3
|
-
|
0
|
0
|
0
|
2
|
4
|
6
|
12
|
11
|
|
4
|
-
|
0
|
0
|
0
|
1
|
3
|
5
|
9
|
13
|
Data
pengamatan terakhir panjang akar, kandungan klorofil dan DHS
Perlakuan
|
Ul
|
Kandungan Klorofil
|
Panjang Akar
|
DHS
|
|
A
|
B
|
||||
Kontrol
|
1
|
34,1
|
12,67
|
74,3
|
142,4
|
2
|
16,2
|
29,17
|
41,5
|
148,5
|
|
3
|
19,9
|
8,77
|
52,9
|
41,0
|
|
4
|
24,8
|
9,725
|
62,9
|
37,6
|
|
Nacl
1,5 Gram/Liter
|
1
|
33,4
|
29,17
|
46,8
|
78,5
|
2
|
20,5
|
11,07
|
339,3
|
501,1
|
|
3
|
14,7
|
12,32
|
19,6
|
110,1
|
|
4
|
19,6
|
7,55
|
7,1
|
37,9
|
|
Nacl
3 Gram/Liter
|
1
|
22,4
|
24,17
|
239,6
|
222,6
|
2
|
11,8
|
61,13
|
61,3
|
21,53
|
|
3
|
4,7
|
4,7
|
420,8
|
31,5
|
|
4
|
-
|
7
|
-
|
-
|
1.2
Pembahasan
Praktikum
kali ini menggunakan tanaman kedelai (Glycine max) dimana pada tanaman ini
memiliki struktur morfologi, yaitu:
1. Biji
Kedelai memiliki biji
yang berkeping dua yang terbungkus oleh kulit biji. Pada biji mengandung
jaringan endosperma. Embrio pada biji kedelai berada diantara keping biji.
Kulit biji berwarna kuning, hitam, coklat dan hijau. Bentuk dari biji kedelai
umumnya berbentuk bulat lonjong dan beberapa ada yang bulat dan bulat agak pipih. Ukuran biji kedelai
bervariasi mulai dari yang keci, sedang dan besar. Biji kedelai tidak memiliki
masa dormansi sehingga dapat secara langsung untuk ditanam.
2.
Akar
Akar pada tanaman kedelai adalah tunggang yang membentuk cabang
kesamping dekat dengan permukaan tanah. Panjang akar kesamping kira – kira 40
cm dan panjang akar tunggang yang ke dalam sekitar 120 cm. Akar pada tanaman
kedelai ini berfungsi sebagai tumbuhnya bintil akar yang berupa koloni disini
akar tanaman akan bersimbiosis dengan bakteri penambat nitrogen.
3.
Batang dan cabang
Batang pada tanaman kedelai memiliki dua keping kotiledon yang masih
melekat pada hipokotilnya. Batang pada tanaman ini sekitar 30 – 100 cm,
memiliki cabang 3 sampai 6 dan cabang ini dipengaruhi oleh kerapatan tanaman.
Tanaman ini memiliki 3 tipe pertumbuhan yaitu determinate, indeterminate dan
semi indeterminate.
4.
Daun
Tanaman kedelai bentuk daunnya terdiri dari 2 macam, yaitu stadia
kotiledon pada nodus pertama yang nantinya akan membentuk sepasang daun tunggal.
Lalu yang kedua akan tumbuh daun majemuk di atas nodus – nodus yang mana daun
yang terbentuk selalu tiga helai. Perbedaan daun majemuk dan tunggal adalah
pada tangkainya dimana pada tangkai daun majemuk lebih panjang dari pada
tangkai daun tunggal. Bentuk daun oval dan tipis dengan warna hijau. Memiliki
permukaan daun berbulu halus di kedua sisinya. Ketiak tangkai daun merupakan
tempat munculnya tunas atau bunga. Daun akan gugur apabila telah tua dan
menguning.
5. Buah
Buah pada kedelai akan muncul pada tanaman yang berumur 5 – 7 minggu.
Jenis bunganya dalah bunga sempurna dimana dia memiliki dua alat kelamin
(jantan dan betina). Penyerbukannya terjadi secara tertutup. Bunga berwarna
ungu atau putih yang terletak di ruas – ruas batang. Sekitar 60 % bunga akan
rontok sebelum menjadi polong. Jumlah bunga disetiap tangkai daun beragam mulai
dari 2 – 25 bunga yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tumbuh dan
varietasnya.
6.
Buah
Terbentuknya buah pertama kali sekitar 7 – 10 hari setelah bunga pertama
muncul. Polong muda panjangnya 1 cm. Polong yang terbentuk pada setiap ketiak
daun sekitar 1 – 10 buah dalam setiap kelompok, polong yang didapat dalam satu
tanaman dapat mencapai 50 sampai ratusan. Warna polong dari hijau akan berubah
saat dia mulai tua dengan warna kuning kecoklatan.
Perubahan yang terjadi pada tanaman saat mengalami cekaman yaitu tanaman
akan mengalami pertumbuhan yang lambat dimana batang akan lebih pendek, akar
akan sedikit dan juga daunnya akan berubah dengan cepat dan juga akan muda
rontok atau gugur, dari perubahan ini dapat diketahui bahwa cekaman akan
membuat tanaman melakukan perubahan dalam fisiologis dan morfologisnya.
Makhluk hidup apapun jenisnya dalam kehidupannya suatu saat akan
mengalami yang namanya cekaman ataupun stres. Tanaman sebagai bagian dari
makhluk hidup, juga memiliki dan mengalami cekaman ataupun stres. Cekaman yang
terjadi pada tanaman terdiri dari 2 macam yaitu cekaman biotik dan abiotik.
Cekaman merupakan suatu keadaan tanaman dimana pada kondisi tersebut akan
memberikan kerugian pada tanaman, cekaman yang menimpa pada setiap tanaman akan
berbeda – beda sesuai dengan kondisi yang ada saat itu dan cekaman ini
merupakan keadaan yang tidak diinginkan oleh tanaman, cekaman ini akan
berpengaruh pada proses fisiologis dan juga morfologi tanaman. Beberapa cekaman
yang teradi pada tanaman yaitu:
a.
Cekaman
abiotik
1.
Cekaman
air
Cekaman air yang terjadi
pada tanaman dapat berupa terlalu banyaknya air dan juga
kekurangan air pada tanaman yang terjadi
dilingkungan tumbuhnya. Air sebagai kebutuhan utama yang diinginkan oleh
tanaman dimana air tersebut dapat membantu dalam pertumbuhan tanaman tetapi dengan
terlalu banyaknya air juga tidak terlalu baik bagi tanaman. Terlalu banyaknya
suplai air akan memberikan dampak yang buruk pada tanaman, terlebih lagi jika
tanaman tersebut tidak memerlukan air yang banyak. Kebanyakan air akan membuat
genangan pada areal tanaman yang akan mengakibatkan terjadinya kekurangan
persediaan oksigen bagi akar karena oksigen akan susah masuk karena air yang
terlalu banyak. Genangan juga akan berpengaruh pada proses fisiologis dan
biokimia. Selain itu genangan akan membuat akar di dalam mati sehingga terjadi
pembentukan akar adventif yang berada di dekat permukaan tanah. Terjadinya
kekurangan air pada tanaman akan menyebabkan terjadinya kekeringan yang akan
menghambat pertumbuhan tanaman.
2.
Cekaman
suhu
Suhu merupakan suatu faktor lingkungan yang akan membantu dalam
produksi tanaman. Suhu akan membantu dalam proses fotosintesis, membukanya
stomata dan respirasi. Tetapi suhu juga dapat menghambat dalam proses fisiologi
apabila suhu tersebut diluar suhu optimal terendah dan tertinggi. Tingginya
suhu akan membunuh suatu tanaman dengan cara mendenaturasi enzim – enzim dan
juga merusak metabolisme. Suhu yang rendah akan membuat membran sel tidak
stabil.
3.
Cekaman
salinitas atau garam
Cekaman salinitas terjadi karena
banyaknya akumulasi garam yang ada pada lingkungan tanaman dimana konsentrasi
tersebut sangat tinggi sehingga tanaman akan mengalami suatu keadaan yang
sangat mencekam dan menghambat tumbuhnya tanaman apabila tanaman tidak bisa
bertahan pada kondisi tersebut. Terjadinya cekaman salinitas akan menyebabkan
terjadinya tekanan osmotik yang dapat menghambat masuknya hara dan air pada
akar tanaman. Tingkat salin pada tanaman yaitu 0 – 2 belum salin, 2 – 4 masih
rendah dimana tanaman yang peka akan tertanggu, 4 – 8 salinnya masih masuk
sedang dimana tanaman akan mulai banyak yang terganggu, 8 – 16 masuk pada salin
yang tinggi yang mana tanaman akan banyak yang mati kecuali tanaman yang
toleran yang masih bertahan, lebih dari 16 sangat tinggi dimana hanya tanaman yang
benar – benar toleran yang akan tumbuh.Cekaman salinitas tidak baik bagi
tanaman karena akan menurunkan potensial air larutan tanah dan natrium dalam
garam dan juga ion – ion lainnya apabila terlalu banyak akan menjadi racun bagi
tanaman.
b.
Cekaman biotik
Cekaman
biotik yang biasanya terjadi adalah cekaman dari sesama tanaman dalam
mendapatkan nutrisi, cahaya matahari dan sebagainya. Selain itu cekaman yang
akan menderanya adalah terjadinya serangan hama dan penyakit yang akan
menghambat tanaman dalam tumbuhnya dan juga dapat menimbulkan terjadinya
keatian pada tanaman.
Cekaman
yang mendera suatu tanaman melalui suatu mekanisme baik yang karena cekaman
lingkungan atau yang lain. Mekanisme cekaman tanaman pada cekaman kekeringan
prosesnya adalah tanaman kekurangan air maka tanaman akan kekeringan setelah
itu akan berakibat pada akar yang mengalami dehidrasi dan juga menurunnya
turgor sel sehingga stomata ikut menutup. Dalam keadaan tercekam ini tanaman
akan memproduksi asam absisat. Dengan terjadinya penutupan stomata akan membuat
proses terjadinya difusi dan fotosintesis terhambat yang dampaknya tidak lain
adalah produksi karbohidrat menurun begitu pula pertumbuhan dan hasil tanaman
menurun. Sedangkan pada cekaman salinitas mekanismenya adalah tanaman yang
tumbuh pada keadaan tersebut akan mengalami suatu masalah dalam menyerap air
dan hara dalam tanah hal ini terjadi karena salinitas yang berada di dalam
tanah akan menghambat masuknya suatu air dan hara, penghambatan ini terjadi
karena pada tanah salin konsentrasi larutan yang diluar lebih besar dari pada
konsentrasi larutan di dalam sehingga terjadi tekanan osmotik dan tanaman tidak
dapat menyerap air tetapi malah terserap. Dengan terjadinya hal ini akhirnya
menghambat dalam pertumbuhan tanaman. Ketika tanaman telah menghadapi keadaan
seperti itu maka tanaman akan melakukan mekanisme ketahanan yang berupa
mekanisme morfologis dan fiologis. Mekanisme forfologis pada tanaman berupa
perubahan pada bagian organ – organ tanaman dan juga pada proses deferensiasi
yang diperkecil. Mekanisme fisiologi dapat berupa pengaturan dalam setiap
proses fisiologisnya yang meliputi transport membran dan lain – lain
sebagainya.
Cekaman
yang dihadapi oleh tanaman pada akhirnya akan membuat tanaman berusaha untuk menyesuaikan
diri agar dapat melawan dan bertahan dalam keadaan itu. Bentuk penyesuaian
tanaman terhadap cekaman akan sangat berbeda tergantung dari tanamannya. Dengan
terjadinya cekaman kekeringan atau kekurangan air akan mendorong tanaman untuk
mengurangi suatu proses transpirasinya untuk tetap menjaga kebutuhan air pada
tanamannya. Dengan mengurangi proses transpirasi maka stomata harus tertutup
dan untuk mendukung tertutupnya stomata tanaman akan menghasilkan/ memproduksi
asam absisat. Pada saat cekaman suhu dingin tanaman akan mengubah komposisi
lipid membrannya. Cekaman yang tejadi pada tanaman akan menyesuaikannya dengan
cara mereka masing – masing baik secara fisiologis maupun morfologis.
Praktikum
acara cekaman pada praktikum kali ini memberikan dengan mengukur pengaruh
cekaman terhadap pertumbuhan tanaman yang meliputi tinggi tanaman, jumlah daun
dengan daun kuning dabn sehat, panjang akar dan kandungan fotosintesisnya.
Tinggi tanaman rata – rata pada tanaman kedelai yang di beri perlakuan cekaman
salinitas control, 1,5 9/L dan 3 g/L, dimana pada hari ke 6 pada perlakuan
kontrol tinggi tanaman (23,5 cm) ulangan 1 (20 cm) ulangan 2 (15,1 cm) ulangan
3 (16,2 cm) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 1,5 g/l tinggi tanaman (19,5 cm)
ulangan 1 (17,3 cm) ulangan 2 (13 cm) ulangan 3 (7 cm) ulangan 4. Pada
perlakuan NaCl 3 g/l tinggi tanaman (20 cm) ulangan 1 (22 cm) ulangan 2 (14 cm)
ulangan 3 (13 cm) ulangan 4. Pada hari ke-9 perlakuan kontrol menghasilkan
tanaman dengan tinggi (25,7 cm) ulangan 1 (22 cm) ulangan 2 (17cm) ulangan 3 (18,3
cm) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 1,5 g/l tinggi tanaman (23,3 cm) ulangan 1
(19,7 cm) ulangan 2 (16 cm) ulangan 3 (8,5 cm) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 3
g/l tinggi tanaman (23,5 cm) ulangan 1 (23 cm) ulangan 2 (17 cm) ulangan 3 (14
cm) ulangan 4. Pada hari ke-12 perlakuan kontrol menghasilkan tanaman dengan
tinggi (28,7 cm) ulangan 1 (25,2 cm) ulangan 2 (18,8 cm) ulangan 3 (21,3 cm)
ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 1,5 g/l tinggi tanaman (28,2 cm) ulangan 1 (22,2
cm) ulangan 2 (18,7 cm) ulangan 3 (10,4 cm) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 3
g/l tinggi tanaman (26,7 cm) ulangan 1 (26,3 cm) ulangan 2 (17,7 cm) ulangan 3
(13,5 cm) ulangan 4. Pada hari ke-15 perlakuan kontrol menghasilkan tanaman
dengan tinggi (32 cm) ulangan 1 (27 cm) ulangan 2 (19,47 cm) ulangan 3 (21,17
cm) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 1,5 g/l tinggi tanaman (37 cm) ulangan 1
(34,5 cm) ulangan 2 (16,97 cm) ulangan 3 (10,5 cm) ulangan 4. Pada perlakuan
NaCl 3 g/l tinggi tanaman (28 cm) ulangan 1 (28,9 cm) ulangan 2 (17,03 cm)
ulangan 3 (12,8 cm) ulangan 4. Pada hari ke-18 tinggi tanaman pada perlakuan
kontol (46,3 cm) ulangan 1 (29,5 cm) ulangan 2 (23 cm) ulangan 3 (25 cm)
ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 1,5 g/l tinggi tanaman (41,8 cm) ulangan 1 (27,7
cm) ulangan 2 (20,3 cm) ulangan 3 (14 cm) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 3 g/l
tinggi tanaman (38 cm) ulangan 1 (32,5 cm) ulangan 2 (19,7 cm) ulangan 3 (13
cm) ulangan 4. Pada hari ke-21 perlakuan kontrol menghasilkan tanaman dengan
tinggi (51,5 cm) ulangan 1 (32 cm) ulangan 2 (24 cm) ulangan 3 (28,8 cm)
ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 1,5 g/l tinggi tanaman (45,2 cm) ulangan 1 (31,7
cm) ulangan 2 (23 cm) ulangan 3 (15,25 cm) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 3 g/l
tinggi tanaman (47,8 cm) ulangan 1 (33 cm) ulangan 2 (20 cm) ulangan 3 (13,5
cm) ulangan 4. Pada hari ke-24 tinggi tanaman perlakuan kontrol menghasilkan
tanaman dengan tinggi (70,3 cm) ulangan 1 (33,2 cm) ulangan 2 (26,8 cm) ulangan
3 (30,3 cm) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 1,5 g/l tinggi tanaman (66,8 cm) ulangan
1 (31,3 cm) ulangan 2 (22 cm) ulangan 3 (17 cm) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl
3 g/l tinggi tanaman (52,3 cm) ulangan 1 (34,2 cm) ulangan 2 (20,7 cm) ulangan
3 (14 cm) ulangan 4. Pada hari ke-27 perlakuan kontrol menghasilkan tanaman
dengan tinggi (66,3 cm) ulangan 1 (34 cm) ulangan 2 (31,3 cm) ulangan 3 (23 cm)
ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 1,5g/l tinggi tanaman (43,7 cm) ulangan 1 (32,3
cm) ulangan 2 (23,3 cm) ulangan 3 (8,5 cm) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 3 g/l
tinggi tanaman (45,3 cm) ulangan 1 (38 cm) ulangan 2 (22,7 cm) ulangan 3 (5,1
cm) ulangan 4. Data ini menunjukkan bahwa semakin tingginya suatu cekaman akan
berpengaruh pada pertumbuhan tinggi tanaman. Dari data di atas dapar diketahui
bahwa tanaman yang tingkat stresnya 0 memiliki nilai pertumbuhann tinggi palig
tinggi dan yang paling rendah adalah tanaman yang perlakuan 3 Nacl, pada taraf
itu tanaman masih dapat tumbuh karena tingkat cekaman yang diberikan tidak
terlalu tinggi. Meskipun tingkat cekaman yang diberikan tidak terlalu tinggi
tetapi dapat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman.
Pada
parameter jumlah daun disini di dapat di hari ke-6 pada perlakuan control
jumlah daun (10,5) ulangan 1 (10,5) ulangan 2 (8,5) ulangan 3 (10) ulangan 4.
Pada perlakuan NaCl 1,5 g/l jumlah daun (10) ulangan 1 (10) ulangan 2 (7,5)
ulangan 3 (5,5) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 3 g/l jumlah daun (11) ulangan 1
(10) ulangan 2 (8) ulangan 3 (4) ulangan 4. Pada hari ke-9 pada perlakuan kontrol
jumlah daun (13) ulangan 1 (14) ulangan 2 (12) ulangan 3 (9,5) ulangan 4. Pada
perlakuan NaCl 1,5 g/l jumlah daun (13) ulangan 1 (14) ulangan 2 (7,5) ulangan
3 (5) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 3 g/l jumlah daun (14) ulangan 1 (13)
ulangan 2 (9,5) ulangan 3 (3,5) ulangan 4. Pada hari ke-12 pada perlakuan
kontrol jumlah daun (16) ulangan 1 (13) ulangan 2 (11,7) ulangan 3 (13) ulangan
4. Pada perlakuan NaCl 1,5 g/l jumlah daun (15) ulangan 1 (12) ulangan 2 (8)
ulangan 3 (6) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 3 g/l jumlah daun (14) ulangan 1
(14) ulangan 2 (10,3) ulangan 3 (3,5) ulangan 4. Pada hari ke-15 pada perlakuan
kontrol jumlah daun (16,6) ulangan 1 (13,3) ulangan 2 (13) ulangan 3 (14)
ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 1,5 g/l jumlah daun (14,3) ulangan 1 (12)
ulangan 2 (9,3) ulangan 3 (6,5) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 3 g/l jumlah
daun (15,6) ulangan 1 (13) ulangan 2 (8,7) ulangan 3 (5) ulangan 4. Pada hari
ke-18 pada perlakuan kontrol jumlah daun (17,7) ulangan 1 (15,3) ulangan 2
(12,7) ulangan 3 (13,7) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 1,5 g/l jumlah daun (16)
ulangan 1 (12) ulangan 2 (8,3) ulangan 3 (8,5) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 3
g/l jumlah daun (15) ulangan 1 (14,7) ulangan 2 (9) ulangan 3 (7) ulangan 4.
Pada hari ke-21 pada perlakuan kontrol jumlah daun (20) ulangan 1 (18) ulangan
2 (13) ulangan 3 (17,6) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 1,5 g/l jumlah daun
(21,3) ulangan 1 (13,7) ulangan 2 (9) ulangan 3 (9) ulangan 4. Pada perlakuan
NaCl 3 g/l jumlah daun (15,7) ulangan 1 (16,7) ulangan 2 (10) ulangan 3 (8)
ulangan 4. Pada hari ke-24 pada perlakuan kontrol jumlah daun (20,3) ulangan 1
(18,7) ulangan 2 (14) ulangan 3 (16,3) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 1,5 g/l
jumlah daun (19,7) ulangan 1 (14,7) ulangan 2 (10) ulangan 3 (11) ulangan 4.
Pada perlakuan NaCl 3 g/l jumlah daun (17) ulangan 1 (15,7) ulangan 2 (5,7)
ulangan 3 (10) ulangan 4. Pada hari ke-27 pada perlakuan kontrol jumlah daun
(24) ulangan 1 (17) ulangan 2 (14) ulangan 3 (12,3) ulangan 4. Pada perlakuan
NaCl 1,5 g/l jumlah daun (20,3) ulangan 1 (19) ulangan 2 (8,7) ulangan 3 (7)
ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 3 g/l jumlah daun (16,3) ulangan 1 (17) ulangan
2 (3,7) ulangan 3 (7) ulangan 4. Jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan
kontrol pada tanaman ini daun tetap tumbuh sedangkan pada tanaman yang diberi
perlakuan stress garam jumlah daunnya mengurang dan juga banyak daun yang mati
atau menguning dan gugur karena akibat dari cekaman yang terjadi.
Pada
pengamatan terakhir dari praktikum ini yaitu di hari ke-27 diukur panjang akar,
kandungan klorofil dan DHS (Daya Hantar Stomata), dimana panjang akar yang
didapat pada perlakuan kontrol (12,67 cm) ulangan 1 (14,17 cm) ulangan 2 (8,77)
ulangan 3 (9,725 cm) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 1 g/l panjang akar (29,17
cm) ulangan 1 (11,07 cm) ulangan 2 (12,37) ulangan 3 (7,55 cm) ulangan 4. Pada
perlakuan NaCl 3 g/l panjang akar (24,17 cm) ulangan 1 (9,9 cm) ulangan 2 (6,9)
ulangan 3 (7 cm) ulangan 4. Kandungan klorofil yang diukur ada 2 dimana yang
diukur dengan alat merupakan kandungan awal sedangkan kandungan klorofil akhir
dihitung (dengan rumus KK= 10 (φ 0,265)), sehingga kandungan klorofil yang
didapat pada perlakuan kontrol (335,1) ulangan 1 (123,5 cm) ulangan 2 (161,8)
ulangan 3 (219,6) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 1 g/l panjang akar (341,9)
ulangan 1 (168,5) ulangan 2 (109,3) ulangan 3 (158,5) ulangan 4. Pada perlakuan
NaCl 3 g/l panjang akar (190,3) ulangan 1 (83,8) ulangan 2 (219,6) ulangan 3
dan pada ulangan 4 kandungan klorofil tidak didapatkan karena tanaman terlalu
kecil.
Data
DHS (Daya Hantar Stomata yang didapat pada praktikum kali ini yaitu pada
perlakuan kontrol (a. 74,3 ; b. 142,4) ulangan 1 (a. 41,5 ; b. 148,5) ulangan 2
(a. 52,9 ; b. 41) ulangan 3 (a. 62,9 ; b. 37,6) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl
1,5 g/l (a. 46,8 ; b. 78,5) ulangan 1 (a. 339,3 ; b. 502,1) ulangan 2 (a. 14,6
; b. 110,1) ulangan 3 (a. 7,1 ; b. 37,9) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 3 g/l
(a. 239 ; b. 222,6) ulangan 1 (a. 61,3 ; b. 215,7) ulangan 2 (a. 420,8 ; b.
51,5) ulangan 3 pada ulangan 4 tidak ditemukan hasil DHSnya karena tanaman juga
masih kecil. Dari data yang telah didapat ini dapat kita ketahui bahwa tanaman
yang tercekam akan mengalami beberapa perubahan baik secara morfologis dan
fisiologis. Tanaman yang tercekam pada praktikum kali ini tidak dapat tumbuh
senormal tanaman yang tidak tercekam salin tetapi tanaman tersebut masih bisa
hidup dalam kondisi tersebut. Berbedanya data yang di dapat dari setiap ulangan
yaitu ulangan 1, 2, 3, dan 4 ini dikarenakan pada ulangan 3 dan 4 pasir yang
digunakan benar – benar steril sehingga tidak ada nutrisi lain yang
mempengaruhinya kecuali adanya unsur dari NaCl. Hal ini berbeda dengan ulangan
1 dan 2 dimana tanah yang dijadikan media belum sepenuhnya steril.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Morfologi tanaman berupa visualisasi akar, daun, batang, bungan dan buah
dimana yang terpampang di dalamnya adalah suatu deskripsinya. Terjadinya
cekaman pada tanaman memberikan pengaruh pada perubahan morfologi tanaman.
2. Cekaman merupakan suatu keadaan dimana tanaman merasa tercekam dan tidak
nyaman pada kondisi tersebut, pada umumnya keadaan tercekam banyak merugikan
pada tanaman.
3. Jenis cekaman pada tanaman terbagi menjadi 2 yaitu cekaman biotik dan
abiotik, biotik meliputi serangan hama dan penyakit beserta persaingan antar
spesies, cekaman abiotik adalah cekaman yang sering terjadi pada tanaman yang
meliputi cekaman air, salinitas dan suhu.
4. Mekanisme terjadinya cekaman pada tanaman akan berbeda – beda tetapi
pada intinya mekanisme yang terjadi nantinya akan membuat suatu kerugian bagi
tanaman tersebut.
5. Cekaman yang melanda tanaman akan mebuat tanaman melakukan penyesuaian
dengan kondisi tersebut dengan salah satunya adalah dengan mengurangi
transpirasi.
6. Perlakuan cekaman yang diberikan pada tanaman terbukti berpengaruh bagi
pertumbuhan tanaman dimana konsentrasi 3 g/l memberikan pengaruh paling nyata.
5.2 Saran
Pemberian
cekaman pada tanaman ini maka akan memudahkan kita dalam melihat ketahanan dari
tanaman sehingga untuk menanam pada lahan salin kita dapat mengetahui varietas
tanaman apa yang bisa bertahan di lahan tersebut sehingga dapat menghasilkan
produksi yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Darmawan,
Januar dan S. J. Baharsjah. 1998. Dasar-Dasar Fisiologi Tanaman. Jakarta: SITC.
Hanum, Chairani, W. Q. Mugnisjah, dan S.
Yahya. 2009. Penapisan Kedelai Toleran Cekaman Aluminium dan Kekeringan. Forum
Pasca Sarjana 32 (4): 295 – 305.
Lapanjang, Iskandar, B. S. Purwoko,
Haryadi, S.W. Budi R., dan M. Melati. 2008. Evaluasi Beberapa Ekotipe Jarak
Pagar (Jatropha curcas L.) untuk Toleransi Cekaman Kekeringan. Bul.
Agro. 36 (3): 263 – 269.
Mulyani, Sri E. S. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.
Prihastanti, Erma, S. Tjitrosoemito, D.
Soepandi, I. Qoyim, dan C. Leuschner. 2011. Kandungan, Resorpsi N dan P serta Specific
Leaf Area Daun Kakao (Theobroma cacao L.) pada Cekaman Kekeringan. Agron.
Indonesia 39 (1): 62 – 67.
Salisbury, Frank B. dan C. W. Ross. 2003. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB.
Santoso, A. Muji, Sulistiono, M. Ulfa, dan
N. Widayati. 2012. Respon Solanum melongena terhadap Paparan NaCl pada
Fase Perkecambahan. Seminar Nasional IX Pendidikan Biologi FKIP UNS.
Kediri, Maret 2012.
Tim Biologi. 2004. Sains Makhluk Hidup
dan Proses Kehidupan. Jakarta: Grasindo.
Utama, M. Z. Harja, W. Haryoko, R. Munir, dan Sunadi.
2009. Penapisan Varietas Padi Toleran Salinitas pada Lahan Rawa di Kabupaten
Pesisir Selatan. Agron. Indonesia 37 (2): 101 – 106.
Langganan:
Postingan (Atom)