Jumat, 05 Maret 2021

stres

 stres merupakan suatu kondisi yang dialami oleh makhluk hidup yang ada di muka bumi. stres tidak hanya dialami oleh manusia tapi juga dapat dialami oleh hewan dan juga tanaman. berbagai macam faktor yang dapat menyebabkan tanaman mengalami stres, stres pada tanaman juga bisa disebut cekaman. cekaman yang dialami oleh tanaman bisa disebabkan oleh faktor eksternal dan internal. cekaman tersebut dapat mempengaruhi kelangsungan hidup dari tanaman tersebut. seperti layaknya manusia yang ketika stres akan merasa terpuruk, tanaman juga akan berada dalam kondisi yang tidak baik. tanaman yang bisa melewati dan bertahan dalam keadaan tercekam dia akan dapat hidup dengan baik tetapi ketika dia tidak kuat maka dia akan mati.

Sabtu, 18 Mei 2013

cekaman / stress pada tanaman


BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pertumbuhan tanaman tidaklah selalu dalam keadaan normal dan sesuai dengan apa yang diinginkan. Dalam pertumbuhannya tanaman akan mengalami banyak hal seperti perubahan fisiologis maupun perubahan metabolisnya ataupun yang lainnya. Sebagai makhluk hidup tanaman tidak ada bedanya dengan manusia taupun hewan, dia akan selalu tanggap dengan apa yang ada disekitarnya. Respon tanaman terhadapa segala yang ada disekitarnya sangat tinggi melebihi dengan respon yang manusia berikan.
Respon yang dimaksud disini contohnya seperti apabila  tanaman itu tumbuh ditempat yang kering/kekurangan air, kekurangan unsur hara, terdapat di tanah yang mengandung garam tinggi. Tanaman membutuhkan adapatasi dalam lingkungan yang seperti itu karena tidak semua tempat mereka bisa hidup. Semuanya itu tergantung pada jenis tanamannya dimana setiap tanaman memiliki kesesuaian tempat yang mendukung pertumbuhannya dan setiap tanaman memiliki ketahanan terhadap kondisi – kondisi lingkungan yang tidak bersahabat seperti diatas sesuai ketahanan masing – masing jenis tanamannya.
Stres lingkungan yang di alami oleh tanaman akan mengakibatkan tanaman untuk memperlihatkan perubahan – perubahan pada proses pertumbuhannya. Mulai dari perubahan fisiologis sampai pada perubahan – perubahan metaboli. Perubahan tersebut bisa terlihat dengan tanaman tumbuh kerdil, menguning dan bahkan dia lama – kelamaan akan mati. Keadaan stres ini akan mengakibatkan tanaman sangat tersiksa.
Beberapa stres yang sering terjadi bermacam – macam pada tanaman yang disebabkan oleh lingkungan yaitu:
1.      Stress Garam
Stres garam ini terjadi pada tanaman yang lingkungan tumbuhnnya banyak mengandung garam, seperti pada daerah pantai, rawa. Keadaan ini sangat berbahaya bagi tanaman karena akan menghambat terjadinya pembesaran dan pembelahan sel, penambahan biomassa tanaman dan produksi protein. Apabila keadaan ini terus menerus terjadi pada tanaman maka tanaman tersebut lama – kelamaan akan mati.
2.      Stress Air
Stres air dapat terjadi apabila daerah tempat tumbuh tanaman ini mengalami kekeringan atau kurang air, dengan terjadinya hal itu dapat mengakibatkan tanaman kekurang air untuk pertumbuhannya.
            Tanaman akan melakukan respon yang berbeda dalam menghadapi cekaman – cekaman yang terjadi di daerah pertumbuhannya. Tak semua tanaman memiliki ketahanan yang cukup untuk bertahan hidup lebih lama di daerah cekaman tersebut. Ada kalanya tanaman yang hidup di daerah salinitasnya tinggi dapat bertahan sampai lama dan ada pula yang akan mati bila terlalu lama. Terdapat 2 cara ketahanan tanaman dalam menghadapi cekaman, yaitu: dengan mekanisme morfologi, pada mekanismme ini tanaman akan merubah bentuk tubuhnya untuk beradaptasi pada lingkungan tersebut seperti daun akan mengecil, batang memendek, jumlah stomatapun akan lebih sedikit dan lain - lain. Cara yang kedua adalah dengan mekanisme fisiologi yang mana tanaman akan menyesuaikan proses – proses fisiologi yang dilakukan dengan keadaan lingkungannya, seperti dalam melakukan respirasi, transport membrane dan  lain – lain.
            Praktikum kali ini kita akan mempelajari bagaimana tanaman merespon adanya cekaman salin. Hal ini dilakukan untuk mengetahui ciri – ciri tanaman saat berada pada cekaman salin. Dengan menggunakan berbagai tingkat cekaman salin akan dilihat perubahan yang akan terjadi pada tanaman nantinya, mungkinkah tanaman tersebut akan terus bertahan atau mungkin mengalami kematian.
     
1.2  Tujuan
Untuk mempelajari respon tanaman terhadap berbagai tingkat cekaman.



BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Kadar garam yang terdapat pada tanah memberikan efek yang hampir sama dengan cekaman kekeringan, dimana air menjadi kurang tersedia bagi tanaman. Dalam keadaan seperti ini tidak semua tanaman merasakan cekaman pada tanah bersalinitas tinggi, ada juga tanaman yang memiliki ketahanan untuk tetap bertahan hidup di tempat tersebut. Salinitas merupakan suatu proses menurunnya kualitas air baik dalam tanah maupun disumber air. Air yang seperti ini akan sangat membahayakan bagi tanaman yang tidak memiliki ketahanan akan kondisi seperti ini, karena apabila tetap dipaksakan tanamann tersebut akan mengalami kematian (Salisbury dan Ross, 2003).
            Faktor lingkungan yang sering dialami oleh tanaman adalah cekaman dimana faktor ini akan mengurangi laju pada proses fisiologi. Dalam keadaan cekaman seperti ini tanaman memiliki cara tersendiri untuk menghadapi efek yang akan merusak pada dirinya yang ditimbulkan oleh cekaman. Setiap tanaman akan memberikan respon yang berbeda-beda untuk menghadapi cekaman, semua tergantung pada jenis tanamannya. Apabila tanaman mampu dalam menghadapi cekaman yang terjadi maka tanaman itu bisa dikatakan sebagai tanaman yang memiliki tingkat resisten yang sangat tinggi terhadap cekaman (Mulyani, 2006).
Produksi tanaman pangan saat in sangat memprihatinkan, dimana tanah kedapannya padi dalam produksinya tidak akan pernah lepas dalam menghadapi tantangan yang kompleks, dimana salah satunya adalah cekaman, mulai dari cekaman unsur hara, iklim, gulma dan hama.  Tetapi cekaman yang terjadi di atas lebih besar pengaruh dari keadaan lingkungan seperti cekaman garam yang diketahui bahwa tanaman banyak yang belum toleran dengan cekaman garam. Cekaman garam banyak terjadi di lahan – lahan seperti rawa, pinggir pantai dan lain – lain. Cekaman garam bagi sebagian besar tanaman sangatlah menghawatirkan karena akan menghambat terjadinya pertumbuhan (Utama et al, 2009).
Terjadinya kekeringan yang berkepanjangan pada tanaman akan menyebabkan pertumbuhan tanaman dan akhirnya tanaman akan mengalami stagnasi dalam artian lain akan berhenti tumbuh. Turunnya pertumbuhan tanaman ini adalah akbibat dari respon tanaman terhadapa cekaman yang ada pada lingkungannya yaitu cekaman kekeringan. Selain itu tanaman yang mengalami cekaman kekeringan akan berkurang taraf biomassa tanamannya. Secara morfologi terjadinya cekaman kekringan pada tanaman dapat dilihat dengan memperpanjangnya akar tanaman sampai dalam dan menemukan air untuk diserap, meperkecilnya permukaan daun sehingga respirasi berkurang, dan tanaman juga akan menggugurkan daunnya dan masih banyak lainnya. Terjadinya cekaman kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh 2 faktor, yaitu: suplai air di perakaran sudah mulai berkurang sehingga akar harus memperpang untuk mendapatkan suplai air tersebut, dan terjadinya laju evaporasi yang lebih tinggi dari pada proses absorbsi air tanah (Lapanjang et al, 2008).
            Cekaman kekerigan sangat mempengaruhi dalam pertumbuhan tanaman baik dalam hal perluasan dan ketebalan daun, dan juga ketersediaan nutrisi dalam perakaran. Seperti diketahui bahwa ketersediaan nutrisi ini sangat berpengaruh pada aktivitas fisiologi termasuk fotosintesis, respirasi, transpirasi dan proses metabolisme lainnya. Untuk mengamati pertumbuhan daun adalah dengan menghitung nilai specific leaf area yang berhubungan dengan luasan daun per bobot kering. SLA ini akan memberikan gambaran daun dalam menangkap cahaya dan CO2 terhadapa biomassa daun. Cekaman kekeringan ini akan mengakibatkan bobot kering total menurun, rasio bobot kering daun dan juga luas daun menurun (Prihastanti et al, 2011).
Tanaman melakukan adapatasi pada cekaman salinitas dengan cara meekanisme morfologi dan fisiologi. Mekanisme yang paling mudah diketahui adalah morfologi karena pada mekanisme ini yang terlihat perubahannya adalah secara morfologi organ-organ tanaman yang meliputi akar, batang, daun dan lain – lain. Sedangkan dalam mekanisme fisiologi berupa osmoregulasi, kompartmentasi, dan sekresi garam berlebihan dan juga integritas memberan sel. Secara umum cekaman salinitas ini memiliki dampak dalam terjadinya stres ionic, stres osmotik, dan stres sekunder setelah paparan cekaman dimana stress – stress di atas akan berpengaruh pada penyerapa unsur hara dan akibatnya pada pertumbuhan tannaman (Santoso  et al, 2012).
Bagian apoplast dan simplas akar merupakan bagian yang sangat menentukan dalam ketahanan terhadap cekaman Al. Bagian ini sangat cepat dalam merespon dibanding bagian lainnya apabila terjadi cekaman Al. Cekaman Al akan mengakibatkan perakaran tanaman keracunan sehingga akan terlihat pendek dan tidak memiliki perakaran lateral yang sehat. Akar merupakan daerah yang paling dekat kontaknya dengan cekaman Al sehingga dengan mudah dia melakukan respon saat terjadi cekaman Al. Dekatnya kar dengan cekaman Al menjadi suatu sarana untuk mengidentifikasi apakahh tanaman terkena cekaman Al atau tidak melalui akar tersebut (Hanum et al, 2009).
            Salinitas merupakan suatu keadaan sebuah tanah yang sedang terakumulasi oleg garam yang terlarut dalam air. Salinitas terjadi karena kandungan garam dalam tanah tersebut sangatlah berlebih. Keadaan tersebut membuat tanaman akhirnya susah ataupun sulit dalam menyerap air. Salinitas yang terjadi di lahan pertanian merupakan salinitas yang murni secara alamiah terjadi karena aktivitas atau pola pertanian sebelumnya dalam mengolah tanah tidak begitu baik (Tim Biologi, 2004).           
            Tanaman dalam merespon suatu cekaman kekringan bisa berupa dengan car perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia dengan lam waktunya berbeda. Seperti menutupnya stomata, gejala penuaan daun, pengurangan biomassa dan lain – lain. Respon yang paling sering dilakukan adalah pada perkembangan selnya dimana sel – sel akan terhambat pembelahannya dan perluasannya. Cekaman yang ditimbulkan karena kekringan akan mengakibatkan tanaman untuk meresponnya secara meluas yang dimulai dari ekspresi gen, metabolisme dan juga dalam pertumbuhannya (Darmawan dan Baharsjah, 1998).  
                
BAB 3. METODOLOGI
3.1     Waktu dan Tempat
Praktikum mata kuliah fisiologi tumbuhan acara Pertumbuhan Tanaman pada Lingkungan Stres dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 16 Maret 2013 pada pukul 09.30 WIB sampai selesai bertempat di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan.

3.2     Bahan dan Alat
3.2.1     Bahan
1.      Larutan NaCl
2.      Bibit tomat
3.      Bibit tanaman padi
4.      Bibit tanaman kedelai

3.2.2     Alat
1.      Polybag plastic
2.      Neraca
3.      Gelas ukur

3.3  Cara Kerja
1.      Menyediakan bibit tanaman jagung pada polybag plastik, sebanyak 3 pot atau percobaan stress garam, dengan memberikan masing-masing satu pot untuk: kondisi normal 0 ppm, kondisi kadar salin 3000 ppm dan kadar salin 5000 ppm.
2.      Memelihara semua tanaman selama 21 hari melalui pemberian air satiap terjadi perubahan nilai kapasitas lapang.

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1  Hasil
Data tinggi tanaman kedelai
PERLAKUAN
UL
PENGAMATAN TINGGI TANAMAN HARI KE -
3
6
9
12
15
18
21
24
27
KONTROL
1
-
23,5
25,7
28,7
32
46,3
51,5
70,3
66,3
2
-
20
22
25,2
27,3
29,5
32
33,2
34
3
-
15,1
17
18,8
19,47
23
-
26,8
31,3
4
-
16,2
18,3
21,3
21,17
25
28,8
30,3
23
Nacl
1,5 gram/liter
1
-
19,5
23,3
28,2
37
41,8
45,2
66,8
43,7
2
-
17,3
19,7
22,2
24,5
27,7
31,7
31,3
32,3
3
-
13
16
18,7
16,97
20,3
-
22
23,3
4
-
7
8,5
10,4
10,5
14
15,25
17
8,5
Nacl
3 gram/liter
1
-
20
23,5
26,7
28
38
47,8
52,3
45,3
2
-
22
23
26,3
28,9
32,5
33
34,2
38
3
-
14
17
17,7
17,03
19,7
-
20,7
22,7
4
-
13
14
13,5
12,8
13
13,5
14
5,1

Data jumlah daun
PERLAKUAN
UL
PENGAMATAN JUMLAH DAUN HARI KE -
3
6
9
12
15
18
21
24
27
KONTROL
1
-
10,5
13
16
16,6
17,7
-
20,3
24
2
-
10,5
14
13
13,3
15,3
18
18,7
17
3
-
8,5
12
11,7
13
12,7
13
14
14
4
-
10
9,5
13
14
13,7
17,6
16,3
12,3
Nacl
1,5 gram/liter
1
-
10
13
15
14,3
16
-
19,7
20,3
2
-
10
14
12
12
12
13,7
14,7
19
3
-
7,5
7,5
8
9,3
8,3
9
10
8,7
4
-
5,5
5
6
6,5
8,5
9
11
7
Nacl
3 gram/liter
1
-
11
14
14
15,6
15
-
17
16,3
2
-
10
13
14
13
14,7
16,7
15,7
17
3
-
8
9,5
10,3
8,7
9
10
5,7
3,7
4
-
4
3,5
3,5
5
7
8
10
7
Data daun sehat dan kering
Perlakuan
UL
Pengamatan Jumlah Daun Segar Tanaman Hari Ke-
3
6
9
12
15
18
21
24
27
Kontrol
1
-
31
39
45
49
51
56
55
66
2
-
31
42
39
40
45
51
51
46
3
-
26
36
35
39
36
70
37
36
4
-
30
29
39
42
41
52
46
34
NaCl
1,5 g/L
1
-
30
39
45
46
44
58
50
50
2
-
30
42
36
35
33
36
35
45
3
-
23
23
24
24
24
66
24
16
4
-
17
15
18
20
24
21
27
12
NaCl
3 g/L
1
-
33
42
42
45
40
39
40
37
2
-
30
39
42
36
38
40
37
46
3
-
24
29
31
24
23
54
5
0
4
-
12
11
11
14
18
21
21
8

Perlakuan
UL
Pengamatan Jumlah Daun Kering Tanaman Hari Ke-
3
6
9
12
15
18
21
24
27
Kontrol
1
-
0
0
0
1
2
4
6
6
2
-
0
0
0
0
1
3
5
5
3
-
0
0
0
0
2
2
5
6
4
-
0
0
0
0
0
1
3
3
NaCl
1,5 g/L
1
-
0
0
0
2
4
6
9
11
2
-
0
0
0
1
3
5
9
12
3
-
0
0
0
1
1
3
6
10
4
-
0
0
0
0
2
5
6
9
NaCl
3 g/L
1
-
0
0
0
2
5
9
11
12
2
-
0
0
0
3
6
10
12
15
3
-
0
0
0
2
4
6
12
11
4
-
0
0
0
1
3
5
9
13

Data pengamatan terakhir panjang akar, kandungan klorofil dan DHS
Perlakuan
Ul
Kandungan Klorofil
Panjang Akar
DHS
A
B
Kontrol
1
34,1
12,67
74,3
142,4
2
16,2
29,17
41,5
148,5
3
19,9
8,77
52,9
41,0
4
24,8
9,725
62,9
37,6
Nacl
1,5 Gram/Liter
1
33,4
29,17
46,8
78,5
2
20,5
11,07
339,3
501,1
3
14,7
12,32
19,6
110,1
4
19,6
7,55
7,1
37,9
Nacl
3 Gram/Liter
1
22,4
24,17
239,6
222,6
2
11,8
61,13
61,3
21,53
3
4,7
4,7
420,8
31,5
4
-
7
-
-

1.2  Pembahasan
            Praktikum kali ini menggunakan tanaman kedelai (Glycine max) dimana pada tanaman ini memiliki struktur morfologi, yaitu:
1.      Biji
Kedelai memiliki biji yang berkeping dua yang terbungkus oleh kulit biji. Pada biji mengandung jaringan endosperma. Embrio pada biji kedelai berada diantara keping biji. Kulit biji berwarna kuning, hitam, coklat dan hijau. Bentuk dari biji kedelai umumnya berbentuk bulat lonjong dan beberapa ada yang bulat  dan bulat agak pipih. Ukuran biji kedelai bervariasi mulai dari yang keci, sedang dan besar. Biji kedelai tidak memiliki masa dormansi sehingga dapat secara langsung untuk ditanam.
2.      Akar
            Akar pada tanaman kedelai adalah tunggang yang membentuk cabang kesamping dekat dengan permukaan tanah. Panjang akar kesamping kira – kira 40 cm dan panjang akar tunggang yang ke dalam sekitar 120 cm. Akar pada tanaman kedelai ini berfungsi sebagai tumbuhnya bintil akar yang berupa koloni disini akar tanaman akan bersimbiosis dengan bakteri penambat nitrogen.
3.      Batang dan cabang
Batang pada tanaman kedelai memiliki dua keping kotiledon yang masih melekat pada hipokotilnya. Batang pada tanaman ini sekitar 30 – 100 cm, memiliki cabang 3 sampai 6 dan cabang ini dipengaruhi oleh kerapatan tanaman. Tanaman ini memiliki 3 tipe pertumbuhan yaitu determinate, indeterminate dan semi indeterminate. 
4.      Daun
Tanaman kedelai bentuk daunnya terdiri dari 2 macam, yaitu stadia kotiledon pada nodus pertama yang nantinya akan membentuk sepasang daun tunggal. Lalu yang kedua akan tumbuh daun majemuk di atas nodus – nodus yang mana daun yang terbentuk selalu tiga helai. Perbedaan daun majemuk dan tunggal adalah pada tangkainya dimana pada tangkai daun majemuk lebih panjang dari pada tangkai daun tunggal. Bentuk daun oval dan tipis dengan warna hijau. Memiliki permukaan daun berbulu halus di kedua sisinya. Ketiak tangkai daun merupakan tempat munculnya tunas atau bunga. Daun akan gugur apabila telah tua dan menguning.  
5.      Buah
Buah pada kedelai akan muncul pada tanaman yang berumur 5 – 7 minggu. Jenis bunganya dalah bunga sempurna dimana dia memiliki dua alat kelamin (jantan dan betina). Penyerbukannya terjadi secara tertutup. Bunga berwarna ungu atau putih yang terletak di ruas – ruas batang. Sekitar 60 % bunga akan rontok sebelum menjadi polong. Jumlah bunga disetiap tangkai daun beragam mulai dari 2 – 25 bunga yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tumbuh dan varietasnya.
6.      Buah
Terbentuknya buah pertama kali sekitar 7 – 10 hari setelah bunga pertama muncul. Polong muda panjangnya 1 cm. Polong yang terbentuk pada setiap ketiak daun sekitar 1 – 10 buah dalam setiap kelompok, polong yang didapat dalam satu tanaman dapat mencapai 50 sampai ratusan. Warna polong dari hijau akan berubah saat dia mulai tua dengan warna kuning kecoklatan. 
Perubahan yang terjadi pada tanaman saat mengalami cekaman yaitu tanaman akan mengalami pertumbuhan yang lambat dimana batang akan lebih pendek, akar akan sedikit dan juga daunnya akan berubah dengan cepat dan juga akan muda rontok atau gugur, dari perubahan ini dapat diketahui bahwa cekaman akan membuat tanaman melakukan perubahan dalam fisiologis dan morfologisnya.
            Makhluk hidup apapun jenisnya dalam kehidupannya suatu saat akan mengalami yang namanya cekaman ataupun stres. Tanaman sebagai bagian dari makhluk hidup, juga memiliki dan mengalami cekaman ataupun stres. Cekaman yang terjadi pada tanaman terdiri dari 2 macam yaitu cekaman biotik dan abiotik. Cekaman merupakan suatu keadaan tanaman dimana pada kondisi tersebut akan memberikan kerugian pada tanaman, cekaman yang menimpa pada setiap tanaman akan berbeda – beda sesuai dengan kondisi yang ada saat itu dan cekaman ini merupakan keadaan yang tidak diinginkan oleh tanaman, cekaman ini akan berpengaruh pada proses fisiologis dan juga morfologi tanaman. Beberapa cekaman yang teradi pada tanaman yaitu:
a.    Cekaman abiotik
1.    Cekaman air
            Cekaman air yang terjadi pada tanaman dapat berupa terlalu banyaknya air dan juga kekurangan air pada tanaman yang terjadi dilingkungan tumbuhnya. Air sebagai kebutuhan utama yang diinginkan oleh tanaman dimana air tersebut dapat membantu dalam pertumbuhan tanaman tetapi dengan terlalu banyaknya air juga tidak terlalu baik bagi tanaman. Terlalu banyaknya suplai air akan memberikan dampak yang buruk pada tanaman, terlebih lagi jika tanaman tersebut tidak memerlukan air yang banyak. Kebanyakan air akan membuat genangan pada areal tanaman yang akan mengakibatkan terjadinya kekurangan persediaan oksigen bagi akar karena oksigen akan susah masuk karena air yang terlalu banyak. Genangan juga akan berpengaruh pada proses fisiologis dan biokimia. Selain itu genangan akan membuat akar di dalam mati sehingga terjadi pembentukan akar adventif yang berada di dekat permukaan tanah. Terjadinya kekurangan air pada tanaman akan menyebabkan terjadinya kekeringan yang akan menghambat pertumbuhan tanaman.
2.    Cekaman suhu
Suhu merupakan suatu faktor lingkungan yang akan membantu dalam produksi tanaman. Suhu akan membantu dalam proses fotosintesis, membukanya stomata dan respirasi. Tetapi suhu juga dapat menghambat dalam proses fisiologi apabila suhu tersebut diluar suhu optimal terendah dan tertinggi. Tingginya suhu akan membunuh suatu tanaman dengan cara mendenaturasi enzim – enzim dan juga merusak metabolisme. Suhu yang rendah akan membuat membran sel tidak stabil.
3.    Cekaman salinitas atau garam
            Cekaman salinitas terjadi karena banyaknya akumulasi garam yang ada pada lingkungan tanaman dimana konsentrasi tersebut sangat tinggi sehingga tanaman akan mengalami suatu keadaan yang sangat mencekam dan menghambat tumbuhnya tanaman apabila tanaman tidak bisa bertahan pada kondisi tersebut. Terjadinya cekaman salinitas akan menyebabkan terjadinya tekanan osmotik yang dapat menghambat masuknya hara dan air pada akar tanaman. Tingkat salin pada tanaman yaitu 0 – 2 belum salin, 2 – 4 masih rendah dimana tanaman yang peka akan tertanggu, 4 – 8 salinnya masih masuk sedang dimana tanaman akan mulai banyak yang terganggu, 8 – 16 masuk pada salin yang tinggi yang mana tanaman akan banyak yang mati kecuali tanaman yang toleran yang masih bertahan, lebih dari 16 sangat tinggi dimana hanya tanaman yang benar – benar toleran yang akan tumbuh.Cekaman salinitas tidak baik bagi tanaman karena akan menurunkan potensial air larutan tanah dan natrium dalam garam dan juga ion – ion lainnya apabila terlalu banyak akan menjadi racun bagi tanaman.
b.      Cekaman biotik
            Cekaman biotik yang biasanya terjadi adalah cekaman dari sesama tanaman dalam mendapatkan nutrisi, cahaya matahari dan sebagainya. Selain itu cekaman yang akan menderanya adalah terjadinya serangan hama dan penyakit yang akan menghambat tanaman dalam tumbuhnya dan juga dapat menimbulkan terjadinya keatian pada tanaman.
            Cekaman yang mendera suatu tanaman melalui suatu mekanisme baik yang karena cekaman lingkungan atau yang lain. Mekanisme cekaman tanaman pada cekaman kekeringan prosesnya adalah tanaman kekurangan air maka tanaman akan kekeringan setelah itu akan berakibat pada akar yang mengalami dehidrasi dan juga menurunnya turgor sel sehingga stomata ikut menutup. Dalam keadaan tercekam ini tanaman akan memproduksi asam absisat. Dengan terjadinya penutupan stomata akan membuat proses terjadinya difusi dan fotosintesis terhambat yang dampaknya tidak lain adalah produksi karbohidrat menurun begitu pula pertumbuhan dan hasil tanaman menurun. Sedangkan pada cekaman salinitas mekanismenya adalah tanaman yang tumbuh pada keadaan tersebut akan mengalami suatu masalah dalam menyerap air dan hara dalam tanah hal ini terjadi karena salinitas yang berada di dalam tanah akan menghambat masuknya suatu air dan hara, penghambatan ini terjadi karena pada tanah salin konsentrasi larutan yang diluar lebih besar dari pada konsentrasi larutan di dalam sehingga terjadi tekanan osmotik dan tanaman tidak dapat menyerap air tetapi malah terserap. Dengan terjadinya hal ini akhirnya menghambat dalam pertumbuhan tanaman. Ketika tanaman telah menghadapi keadaan seperti itu maka tanaman akan melakukan mekanisme ketahanan yang berupa mekanisme morfologis dan fiologis. Mekanisme forfologis pada tanaman berupa perubahan pada bagian organ – organ tanaman dan juga pada proses deferensiasi yang diperkecil. Mekanisme fisiologi dapat berupa pengaturan dalam setiap proses fisiologisnya yang meliputi transport membran dan lain – lain sebagainya.
            Cekaman yang dihadapi oleh tanaman pada akhirnya akan membuat tanaman berusaha untuk menyesuaikan diri agar dapat melawan dan bertahan dalam keadaan itu. Bentuk penyesuaian tanaman terhadap cekaman akan sangat berbeda tergantung dari tanamannya. Dengan terjadinya cekaman kekeringan atau kekurangan air akan mendorong tanaman untuk mengurangi suatu proses transpirasinya untuk tetap menjaga kebutuhan air pada tanamannya. Dengan mengurangi proses transpirasi maka stomata harus tertutup dan untuk mendukung tertutupnya stomata tanaman akan menghasilkan/ memproduksi asam absisat. Pada saat cekaman suhu dingin tanaman akan mengubah komposisi lipid membrannya. Cekaman yang tejadi pada tanaman akan menyesuaikannya dengan cara mereka masing – masing baik secara fisiologis maupun morfologis.   
            Praktikum acara cekaman pada praktikum kali ini memberikan dengan mengukur pengaruh cekaman terhadap pertumbuhan tanaman yang meliputi tinggi tanaman, jumlah daun dengan daun kuning dabn sehat, panjang akar dan kandungan fotosintesisnya. Tinggi tanaman rata – rata pada tanaman kedelai yang di beri perlakuan cekaman salinitas control, 1,5 9/L dan 3 g/L, dimana pada hari ke 6 pada perlakuan kontrol tinggi tanaman (23,5 cm) ulangan 1 (20 cm) ulangan 2 (15,1 cm) ulangan 3 (16,2 cm) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 1,5 g/l tinggi tanaman (19,5 cm) ulangan 1 (17,3 cm) ulangan 2 (13 cm) ulangan 3 (7 cm) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 3 g/l tinggi tanaman (20 cm) ulangan 1 (22 cm) ulangan 2 (14 cm) ulangan 3 (13 cm) ulangan 4. Pada hari ke-9 perlakuan kontrol menghasilkan tanaman dengan tinggi (25,7 cm) ulangan 1 (22 cm) ulangan 2 (17cm) ulangan 3 (18,3 cm) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 1,5 g/l tinggi tanaman (23,3 cm) ulangan 1 (19,7 cm) ulangan 2 (16 cm) ulangan 3 (8,5 cm) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 3 g/l tinggi tanaman (23,5 cm) ulangan 1 (23 cm) ulangan 2 (17 cm) ulangan 3 (14 cm) ulangan 4. Pada hari ke-12 perlakuan kontrol menghasilkan tanaman dengan tinggi (28,7 cm) ulangan 1 (25,2 cm) ulangan 2 (18,8 cm) ulangan 3 (21,3 cm) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 1,5 g/l tinggi tanaman (28,2 cm) ulangan 1 (22,2 cm) ulangan 2 (18,7 cm) ulangan 3 (10,4 cm) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 3 g/l tinggi tanaman (26,7 cm) ulangan 1 (26,3 cm) ulangan 2 (17,7 cm) ulangan 3 (13,5 cm) ulangan 4. Pada hari ke-15 perlakuan kontrol menghasilkan tanaman dengan tinggi (32 cm) ulangan 1 (27 cm) ulangan 2 (19,47 cm) ulangan 3 (21,17 cm) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 1,5 g/l tinggi tanaman (37 cm) ulangan 1 (34,5 cm) ulangan 2 (16,97 cm) ulangan 3 (10,5 cm) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 3 g/l tinggi tanaman (28 cm) ulangan 1 (28,9 cm) ulangan 2 (17,03 cm) ulangan 3 (12,8 cm) ulangan 4. Pada hari ke-18 tinggi tanaman pada perlakuan kontol (46,3 cm) ulangan 1 (29,5 cm) ulangan 2 (23 cm) ulangan 3 (25 cm) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 1,5 g/l tinggi tanaman (41,8 cm) ulangan 1 (27,7 cm) ulangan 2 (20,3 cm) ulangan 3 (14 cm) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 3 g/l tinggi tanaman (38 cm) ulangan 1 (32,5 cm) ulangan 2 (19,7 cm) ulangan 3 (13 cm) ulangan 4. Pada hari ke-21 perlakuan kontrol menghasilkan tanaman dengan tinggi (51,5 cm) ulangan 1 (32 cm) ulangan 2 (24 cm) ulangan 3 (28,8 cm) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 1,5 g/l tinggi tanaman (45,2 cm) ulangan 1 (31,7 cm) ulangan 2 (23 cm) ulangan 3 (15,25 cm) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 3 g/l tinggi tanaman (47,8 cm) ulangan 1 (33 cm) ulangan 2 (20 cm) ulangan 3 (13,5 cm) ulangan 4. Pada hari ke-24 tinggi tanaman perlakuan kontrol menghasilkan tanaman dengan tinggi (70,3 cm) ulangan 1 (33,2 cm) ulangan 2 (26,8 cm) ulangan 3 (30,3 cm) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 1,5 g/l tinggi tanaman (66,8 cm) ulangan 1 (31,3 cm) ulangan 2 (22 cm) ulangan 3 (17 cm) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 3 g/l tinggi tanaman (52,3 cm) ulangan 1 (34,2 cm) ulangan 2 (20,7 cm) ulangan 3 (14 cm) ulangan 4. Pada hari ke-27 perlakuan kontrol menghasilkan tanaman dengan tinggi (66,3 cm) ulangan 1 (34 cm) ulangan 2 (31,3 cm) ulangan 3 (23 cm) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 1,5g/l tinggi tanaman (43,7 cm) ulangan 1 (32,3 cm) ulangan 2 (23,3 cm) ulangan 3 (8,5 cm) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 3 g/l tinggi tanaman (45,3 cm) ulangan 1 (38 cm) ulangan 2 (22,7 cm) ulangan 3 (5,1 cm) ulangan 4. Data ini menunjukkan bahwa semakin tingginya suatu cekaman akan berpengaruh pada pertumbuhan tinggi tanaman. Dari data di atas dapar diketahui bahwa tanaman yang tingkat stresnya 0 memiliki nilai pertumbuhann tinggi palig tinggi dan yang paling rendah adalah tanaman yang perlakuan 3 Nacl, pada taraf itu tanaman masih dapat tumbuh karena tingkat cekaman yang diberikan tidak terlalu tinggi. Meskipun tingkat cekaman yang diberikan tidak terlalu tinggi tetapi dapat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman.
            Pada parameter jumlah daun disini di dapat di hari ke-6 pada perlakuan control jumlah daun (10,5) ulangan 1 (10,5) ulangan 2 (8,5) ulangan 3 (10) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 1,5 g/l jumlah daun (10) ulangan 1 (10) ulangan 2 (7,5) ulangan 3 (5,5) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 3 g/l jumlah daun (11) ulangan 1 (10) ulangan 2 (8) ulangan 3 (4) ulangan 4. Pada hari ke-9 pada perlakuan kontrol jumlah daun (13) ulangan 1 (14) ulangan 2 (12) ulangan 3 (9,5) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 1,5 g/l jumlah daun (13) ulangan 1 (14) ulangan 2 (7,5) ulangan 3 (5) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 3 g/l jumlah daun (14) ulangan 1 (13) ulangan 2 (9,5) ulangan 3 (3,5) ulangan 4. Pada hari ke-12 pada perlakuan kontrol jumlah daun (16) ulangan 1 (13) ulangan 2 (11,7) ulangan 3 (13) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 1,5 g/l jumlah daun (15) ulangan 1 (12) ulangan 2 (8) ulangan 3 (6) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 3 g/l jumlah daun (14) ulangan 1 (14) ulangan 2 (10,3) ulangan 3 (3,5) ulangan 4. Pada hari ke-15 pada perlakuan kontrol jumlah daun (16,6) ulangan 1 (13,3) ulangan 2 (13) ulangan 3 (14) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 1,5 g/l jumlah daun (14,3) ulangan 1 (12) ulangan 2 (9,3) ulangan 3 (6,5) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 3 g/l jumlah daun (15,6) ulangan 1 (13) ulangan 2 (8,7) ulangan 3 (5) ulangan 4. Pada hari ke-18 pada perlakuan kontrol jumlah daun (17,7) ulangan 1 (15,3) ulangan 2 (12,7) ulangan 3 (13,7) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 1,5 g/l jumlah daun (16) ulangan 1 (12) ulangan 2 (8,3) ulangan 3 (8,5) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 3 g/l jumlah daun (15) ulangan 1 (14,7) ulangan 2 (9) ulangan 3 (7) ulangan 4. Pada hari ke-21 pada perlakuan kontrol jumlah daun (20) ulangan 1 (18) ulangan 2 (13) ulangan 3 (17,6) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 1,5 g/l jumlah daun (21,3) ulangan 1 (13,7) ulangan 2 (9) ulangan 3 (9) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 3 g/l jumlah daun (15,7) ulangan 1 (16,7) ulangan 2 (10) ulangan 3 (8) ulangan 4. Pada hari ke-24 pada perlakuan kontrol jumlah daun (20,3) ulangan 1 (18,7) ulangan 2 (14) ulangan 3 (16,3) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 1,5 g/l jumlah daun (19,7) ulangan 1 (14,7) ulangan 2 (10) ulangan 3 (11) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 3 g/l jumlah daun (17) ulangan 1 (15,7) ulangan 2 (5,7) ulangan 3 (10) ulangan 4. Pada hari ke-27 pada perlakuan kontrol jumlah daun (24) ulangan 1 (17) ulangan 2 (14) ulangan 3 (12,3) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 1,5 g/l jumlah daun (20,3) ulangan 1 (19) ulangan 2 (8,7) ulangan 3 (7) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 3 g/l jumlah daun (16,3) ulangan 1 (17) ulangan 2 (3,7) ulangan 3 (7) ulangan 4. Jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan kontrol pada tanaman ini daun tetap tumbuh sedangkan pada tanaman yang diberi perlakuan stress garam jumlah daunnya mengurang dan juga banyak daun yang mati atau menguning dan gugur karena akibat dari cekaman yang terjadi.
            Pada pengamatan terakhir dari praktikum ini yaitu di hari ke-27 diukur panjang akar, kandungan klorofil dan DHS (Daya Hantar Stomata), dimana panjang akar yang didapat pada perlakuan kontrol (12,67 cm) ulangan 1 (14,17 cm) ulangan 2 (8,77) ulangan 3 (9,725 cm) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 1 g/l panjang akar (29,17 cm) ulangan 1 (11,07 cm) ulangan 2 (12,37) ulangan 3 (7,55 cm) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 3 g/l panjang akar (24,17 cm) ulangan 1 (9,9 cm) ulangan 2 (6,9) ulangan 3 (7 cm) ulangan 4. Kandungan klorofil yang diukur ada 2 dimana yang diukur dengan alat merupakan kandungan awal sedangkan kandungan klorofil akhir dihitung (dengan rumus KK= 10 (φ 0,265)), sehingga kandungan klorofil yang didapat pada perlakuan kontrol (335,1) ulangan 1 (123,5 cm) ulangan 2 (161,8) ulangan 3 (219,6) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 1 g/l panjang akar (341,9) ulangan 1 (168,5) ulangan 2 (109,3) ulangan 3 (158,5) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 3 g/l panjang akar (190,3) ulangan 1 (83,8) ulangan 2 (219,6) ulangan 3 dan pada ulangan 4 kandungan klorofil tidak didapatkan karena tanaman terlalu kecil.
            Data DHS (Daya Hantar Stomata yang didapat pada praktikum kali ini yaitu pada perlakuan kontrol (a. 74,3 ; b. 142,4) ulangan 1 (a. 41,5 ; b. 148,5) ulangan 2 (a. 52,9 ; b. 41) ulangan 3 (a. 62,9 ; b. 37,6) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 1,5 g/l (a. 46,8 ; b. 78,5) ulangan 1 (a. 339,3 ; b. 502,1) ulangan 2 (a. 14,6 ; b. 110,1) ulangan 3 (a. 7,1 ; b. 37,9) ulangan 4. Pada perlakuan NaCl 3 g/l (a. 239 ; b. 222,6) ulangan 1 (a. 61,3 ; b. 215,7) ulangan 2 (a. 420,8 ; b. 51,5) ulangan 3 pada ulangan 4 tidak ditemukan hasil DHSnya karena tanaman juga masih kecil. Dari data yang telah didapat ini dapat kita ketahui bahwa tanaman yang tercekam akan mengalami beberapa perubahan baik secara morfologis dan fisiologis. Tanaman yang tercekam pada praktikum kali ini tidak dapat tumbuh senormal tanaman yang tidak tercekam salin tetapi tanaman tersebut masih bisa hidup dalam kondisi tersebut. Berbedanya data yang di dapat dari setiap ulangan yaitu ulangan 1, 2, 3, dan 4 ini dikarenakan pada ulangan 3 dan 4 pasir yang digunakan benar – benar steril sehingga tidak ada nutrisi lain yang mempengaruhinya kecuali adanya unsur dari NaCl. Hal ini berbeda dengan ulangan 1 dan 2 dimana tanah yang dijadikan media belum sepenuhnya steril.


BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
            Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:
1.      Morfologi tanaman berupa visualisasi akar, daun, batang, bungan dan buah dimana yang terpampang di dalamnya adalah suatu deskripsinya. Terjadinya cekaman pada tanaman memberikan pengaruh pada perubahan  morfologi tanaman.
2.      Cekaman merupakan suatu keadaan dimana tanaman merasa tercekam dan tidak nyaman pada kondisi tersebut, pada umumnya keadaan tercekam banyak merugikan pada tanaman.
3.      Jenis cekaman pada tanaman terbagi menjadi 2 yaitu cekaman biotik dan abiotik, biotik meliputi serangan hama dan penyakit beserta persaingan antar spesies, cekaman abiotik adalah cekaman yang sering terjadi pada tanaman yang meliputi cekaman air, salinitas dan suhu.
4.      Mekanisme terjadinya cekaman pada tanaman akan berbeda – beda tetapi pada intinya mekanisme yang terjadi nantinya akan membuat suatu kerugian bagi tanaman tersebut.
5.      Cekaman yang melanda tanaman akan mebuat tanaman melakukan penyesuaian dengan kondisi tersebut dengan salah satunya adalah dengan mengurangi transpirasi.
6.      Perlakuan cekaman yang diberikan pada tanaman terbukti berpengaruh bagi pertumbuhan tanaman dimana konsentrasi 3 g/l memberikan pengaruh paling nyata.

5.2 Saran
            Pemberian cekaman pada tanaman ini maka akan memudahkan kita dalam melihat ketahanan dari tanaman sehingga untuk menanam pada lahan salin kita dapat mengetahui varietas tanaman apa yang bisa bertahan di lahan tersebut sehingga dapat menghasilkan produksi yang maksimal. 



DAFTAR PUSTAKA
Darmawan, Januar dan S. J. Baharsjah. 1998. Dasar-Dasar Fisiologi Tanaman. Jakarta: SITC.

Hanum, Chairani, W. Q. Mugnisjah, dan S. Yahya. 2009. Penapisan Kedelai Toleran Cekaman Aluminium dan Kekeringan. Forum Pasca Sarjana 32 (4): 295 – 305.

Lapanjang, Iskandar, B. S. Purwoko, Haryadi, S.W. Budi R., dan M. Melati. 2008. Evaluasi Beberapa Ekotipe Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) untuk Toleransi Cekaman Kekeringan. Bul. Agro. 36 (3): 263 – 269.      

Mulyani, Sri E. S. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.

Prihastanti, Erma, S. Tjitrosoemito, D. Soepandi, I. Qoyim, dan C. Leuschner. 2011. Kandungan, Resorpsi N dan P serta Specific Leaf Area Daun Kakao (Theobroma cacao L.) pada Cekaman Kekeringan. Agron. Indonesia 39 (1): 62 – 67.    

Salisbury, Frank B. dan C. W. Ross. 2003. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB.

Santoso, A. Muji, Sulistiono, M. Ulfa, dan N. Widayati. 2012. Respon Solanum melongena terhadap Paparan NaCl pada Fase Perkecambahan. Seminar Nasional IX Pendidikan Biologi FKIP UNS. Kediri, Maret 2012.     

Tim Biologi. 2004. Sains Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan. Jakarta: Grasindo. 

Utama, M. Z. Harja, W. Haryoko, R. Munir, dan Sunadi. 2009. Penapisan Varietas Padi Toleran Salinitas pada Lahan Rawa di Kabupaten Pesisir Selatan. Agron. Indonesia 37 (2): 101 – 106.